Konglomerat Prajogo Pangestu telah meraih predikat salah satu orang terkaya di Indonesia menurut peringkat Forbes. Dengan kekayaan yang diperkirakan mencapai US$37,7 miliar atau sekitar Rp591,89 triliun (dengan kurs Rp15.700/dolar AS), Prajogo Pangestu bukan hanya menduduki peringkat pertama dalam daftar orang terkaya di Indonesia, tetapi juga meraih peringkat ke-32 di tingkat global.
Prajogo, yang berasal dari Kalimantan Barat dan putra seorang pedagang karet, menghadapi tantangan ekonomi di masa muda dan hanya menamatkan pendidikan SMP. Namun, semangatnya untuk mencari pekerjaan membawanya ke Jakarta, meskipun usaha awalnya tidak berhasil. Ia kemudian kembali ke kampung halaman dan bekerja sebagai sopir angkot.
Perubahan besar dalam hidup Prajogo dimulai pada tahun 1960-an ketika ia bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Bon Sun On atau Burhan Uray. Hubungan ini membawanya ke PT Djajanti Group pada tahun 1969, dan setelah tujuh tahun berkarier, Prajogo diangkat menjadi general manager di pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur.
Setelah berkiprah di PT Djajanti Group, Prajogo memulai bisnis kayu pada akhir 1970-an. Dia mengambil langkah signifikan dengan mengajukan pinjaman untuk membeli CV Pacific Lumber Coy yang saat itu mengalami kesulitan keuangan, dan perusahaan tersebut berubah menjadi PT Barito Pacific Lumber.
Barito Pacific kemudian go public pada tahun 1993 dan mengalami perubahan nama menjadi Barito Pacific pada tahun 2007 setelah mengurangi bisnis kayunya. Prajogo Pangestu tidak hanya fokus pada industri perkayuan, namun juga merambah ke sektor petrokimia, minyak sawit mentah, dan properti.
Pada tahun 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% saham perusahaan petrokimia Chandra Asri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kemudian, pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia, membentuk produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil juga ikut mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021, dan mereka berencana untuk mengembangkan situs petrokimia kedua pada 2022.
Prajogo terus memperluas portofolio bisnisnya, dan pada Maret 2023, perusahaan pertambangan batu bara miliknya, Petrindo Jaya Kreasi, go public. Enam bulan kemudian, pada Oktober 2023, Prajogo mencatatkan saham perusahaan energi terbarukan Barito Renewables Energy (BREN).
BREN mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 435% sejak pertama kali dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada 9 Oktober 2023. Dari harga perdana Rp975 per lembar saham, kini saham BREN telah mencapai Rp5.225 per lembar saham. Sementara itu, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), yang juga dicatatkan oleh Prajogo, melonjak 145% dalam rentang waktu satu bulan, meningkat dari Rp2.850 menjadi Rp7.000 per lembar saham. Dalam periode tiga bulan, CUAN mengalami penguatan sebesar 285.67% sejak harga awalnya Rp1.815.