Daya Beli dan Usaha Memajukan Ekonomi Masyarakat

https://ift.tt/SZPMXzl
Sejumlah warga melihat barang di salah satu penjual di Skybridge Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (15/4/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sejumlah warga melihat barang di salah satu penjual di Skybridge Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (15/4/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Sepinya pasar-pasar tradisional dan modern akhir-akhir ini jelas menjadi keprihatinan kita bersama karena hal demikian sudah jelas akan memukul kehidupan ekonomi dari para pedagang yang ada dan meningkatnya angka PHK dan pengangguran.

Tetapi yang menjadi pertanyaan, mengapa hal demikian bisa terjadi? Banyak pengamat mengatakan hal itu terkait dengan pesatnya perkembangan perdagangan online. Tapi rasa-rasanya hal demikian tidaklah sepenuhnya benar karena ada faktor-faktor lain yang juga bisa mempengaruhi.

Seperti diketahui perilaku konsumsi seseorang tidak hanya ditentukan oleh asas kemudahan dan atau harga saja tapi juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan tingkat pendapatan dari masyarakat itu sendiri.

Mungkin saja secara nominal pendapatannya tidak berkurang. Tapi karena daya beli uangnya sudah tergerus oleh inflasi, maka mereka tidak lagi bisa berbelanja seperti biasa. Atau memang nominal pendapatan mereka sudah berkurang atau malah tidak lagi ada karena PHK.

Atau karena tidak memiliki pekerjaan sehingga perilaku masyarakat dalam berbelanja terpaksa benar-benar menyesuaikan dengan keadaan keuangan mereka yang terbatas. Sehingga ketika akan berbelanja mereka benar-benar memperhitungkan yang mana yang lebih penting yang harus didahulukan untuk dibeli.

Ilustrasi Beras Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Ilustrasi Beras Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Jika sebelumnya dengan keadaan keuangan yang ada mereka bisa membeli barang-barang yang terkait dengan semua kebutuhannya apakah itu menyangkut kebutuhan primer, sekunder, atau tersier.

Tapi sekarang, karena ada persoalan keuangan yang terbatas, mereka hanya bisa membeli barang-barang kebutuhan yang bersifat primer dan sekunder saja. Atau mungkin hanya bisa untuk membeli kebutuhan primernya saja.

Atau mereka juga tidak sanggup untuk membeli semua kebutuhan primernya sehingga mereka terpaksa menyeleksi lagi dan hanya sanggup untuk memenuhi kebutuhan pangannya saja sementara yang terkait dengan kebutuhan sandangnya atau pakaian dan asesoris terpaksa mereka abaikan dahulu agar mereka dan keluarga tetap bisa makan dan tidak sakit.

Cuma konsekuensinya mereka tidak lagi bisa berbelanja barang pakaian sehingga Pasar Tanah Abang, Cipadu, dan Klewer serta pasar-pasar tradisional dan modern lainnya juga menjadi lengang.

Oleh karena itu tugas kita sekarang adalah bagaimana bisa meningkatkan kembali daya beli masyarakat agar mereka tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan primernya saja, tapi juga sekunder dan tersiernya.

Ilustrasi belanja di pasar swalayan. Foto: Shutterstock
Ilustrasi belanja di pasar swalayan. Foto: Shutterstock

Untuk itu ada beberapa usaha yang perlu dilakukan. Pertama, menyediakan dan memberikan pekerjaan yang layak kepada warga masyarakat terutama untuk mereka-mereka yang masih menganggur.

Kedua, menaikkan gaji dari pegawai negeri dan para pekerja swasta. Ketiga, meningkatkan penjualan dari para pedagang dengan membatasi masuknya barang-barang impor.

Keempat, meningkatkan pengetahuan dan skill dari para pengusaha termasuk penguasaan terhadap masalah digital agar mereka dapat menjual barangnya dengan harga yang murah dan kompetitif

Kelima, pemerintah kalau akan berbelanja harus membeli produk-produk buatan dalam negeri. Keenam, menggerakkan masyarakat agar mencintai produk dalam negeri. Ketujuh, mengenakan pajak dan ketentuan-ketentuan yang tinggi dan ketat terhadap barang-barang yang berasal dari impor.

Demikianlah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mendinamisasi dan menghidupkan kembali pasar tradisional dan modern kita yang akhir-akhir ini keadaannya benar-benar sangat memilukan hati siapa pun yang melihatnya.

Baca Juga
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama

Featured

News Feed