
Di Kutub Selatan Bulan terdapat kawah yang tak pernah terkena sinar Matahari. Foto-foto yang diambil selama ini hanya memperlihatkan jurang yang gelap. Konon, di kawah itu terdapat es, dan astronaut Artemis akan menjelajahi wilayah tersebut ketika manusia mengunjungi Bulan akhir dekade ini.
Kini, NASA berhasil mengambil penampakan Kawah Shackleton dalam hasil yang sangat detail berkat kamera luar angkasa. Foto diambil berkat kolaborasi Lunar Reconnaissance Orbiter Camera (LROC) dan ShadowCam yang mengorbit di Bulan. ShadowCam 200 kali lebih sensitif terhadap cahaya dibandingkan LROC sehingga mampu menampilkan fitur sangat gelap untuk dilihat kamera lain.
Namun untuk menangkap detail Kawah Shackleton, kamera tetap membutuhkan sumber cahaya agar bisa berfungsi dengan baik. Dan dalam hal ini, ada dua sumber cahaya tak langsung yang cukup untuk menerangi Kawah Shackleton.
Pertama, meski sinar Matahari di garis lintang tinggi terlalu sulit untuk masuk ke dalam kawah, tapi sinar tersebut bisa mengenai tepi kawah dan pegunungan di dekatnya, dan pantulan yang menyebar dapat mencapai daerah gelap kawah. Sumber cahaya lainnya adalah Bumi.
Sama seperti Bulan yang memantulkan cahaya Matahari ke Bumi, Bumi juga memantulkan sinar Matahari ke Bulan. Hal ini dikenal sebagai “Earthshine” atau Sinar Bumi. Efek ini bisa terlihat dengan mata telanjang. Saat Bulan berada di posisi sabit, kamu dapat melihat seluruh permukaan Bulan karena Sinar Bumi.

Lalu, bagaimana caranya ShadowCam dan LROC menangkap detail Kawah Shackleton?
Begini, LROC dapat mengambil gambar permukaan Bulan secara detail, tapi kemampuannya terbatas dalam memotret bagian Bulan yang gelap, termasuk wilayah yang tak pernah menerima sinar Matahari secara langsung atau dikenal sebagai area “bayangan permanen”.
Sementara ShadowCam bisa beroperasi lebih baik dalam kondisi cahaya redup. ShadowCam mengandalkan sinar Matahari yang memantulkan fitur geologi bulan atau Bumi untuk menangkap gambar dalam bayangan. Namun sensitivitas ShadowCam terhadap cahaya membuatnya tidak bisa menangkap gambar bagian Bulan yang diterangi sinar Matahari secara langsung, ini membuat foto yang dihasilkan terlihat buram.
Kolaborasi keduanya ditambah dengan kamera yang dioptimalkan untuk kondisi pencahayaan spesifik yang ditemukan di dekat Kutub Bulan membuat peneliti dapat menggabungkan gambar dari kedua instrumen dan menghasilkan foto detail dari fitur geologi Bulan paling terang dan paling gelap.