Eternal Wisdom dalam Kehidupan yang Sementara

https://ift.tt/FEW6mQp
Sinar matahari yang menyinari bebatuan di Romsdalseggen Foto: Shutterstock
Sinar matahari yang menyinari bebatuan di Romsdalseggen Foto: Shutterstock

Setiap pagi, alam semesta menyuguhkan pertunjukan alami yang tak terlupakan: Matahari yang naik dari timur dengan sinarnya yang memancar. Ini adalah awal dari sebuah hari, saat dunia diberkahi dengan cahaya, kehangatan, dan peluang baru.

Tetapi, ketika malam menjelang, Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, mengakhiri babak yang berbeda dalam kisah yang sama. Di dalam fenomena ini tersembunyi pelajaran mendalam tentang sifat sementara dari segala sesuatu, termasuk kehidupan manusia.

Kehidupan, seperti Matahari yang terbit dan tenggelam, memiliki awal dan akhirnya sendiri. Tidak ada yang kekal di dunia ini. Bahkan kekuasaan, kekayaan, atau popularitas sekalipun. Semua hal, seperti hujan yang turun dengan deras namun akhirnya berhenti, memiliki akhirnya masing-masing.

Pepatah kuno Tiongkok yang bijak, "Sejak zaman dahulu kala sampai sekarang, siapa yang tidak pernah mati?" mengingatkan kita akan realitas ini. Kematian adalah keniscayaan. Dan semua yang ada di dunia ini bersifat sementara.

Dalam Al-Qur'an, surat Al-‘Ankabut ayat 64 menegaskan bahwa dunia ini hanyalah "senda-gurau dan permainan," sementara kehidupan yang hakiki terletak di akhirat. Kemudian ayat 16-17 Al-A‘la di dalam Al-Qur'an mengingatkan kita bahwa meskipun banyak yang terpikat oleh gemerlap dunia material, kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.

Namun, bagaimana kita bisa mengurai kebijaksanaan dari Matahari terbit dan tenggelam ini? Lalu, bagaimana juga menggunakannya untuk menyebarkan kebaikan dan kemanusiaan di dunia?

Menghargai Kehidupan Sebagai Anugerah

Ilustrasi sunset di Bali. Foto: Valentin Valkov/Shutterstock
Ilustrasi sunset di Bali. Foto: Valentin Valkov/Shutterstock

Seperti Matahari yang terbit setiap pagi, kita harus menghargai setiap hari sebagai anugerah. Kita dapat menjalani hidup dengan lebih rasa syukur, berterima kasih atas setiap momen yang kita miliki.

Empati dan Kepedulian

Kehidupan yang sementara harus memacu kita untuk lebih empati terhadap penderitaan orang lain. Ketika kita menyadari bahwa semua orang memiliki perjuangan dan akan menghadapi akhir, kita dapat menjadi lebih peduli dan berempati terhadap kesulitan mereka.

Kebaikan dan Amal

Kita harus mengubah perspektif kita tentang kehidupan ini, menjauh dari kerja keras tanpa henti untuk mencari harta atau kekuasaan. Sebaliknya, kita bisa fokus pada melakukan kebaikan, berbagi dengan yang membutuhkan, dan menjalani hidup yang bermakna.

Persiapan untuk Akhirat

Kehidupan di dunia ini hanyalah ujian singkat. Ketika kita merenungkan matahari yang tenggelam, kita diingatkan untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan yang lebih abadi di akhirat. Ini bisa dilakukan dengan melakukan perbuatan baik dan menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai moral.

Matahari terbit dan tenggelam adalah bagian dari siklus alam yang tidak pernah berhenti. Mereka adalah pengingat bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara. Kita dapat menggunakan kebijaksanaan alam ini untuk menerangi jalan menuju kebaikan dan kemanusiaan.

Saat Matahari tenggelam, kita dapat merentangkan tangan kita untuk membangun masa depan yang lebih baik—di dunia ini dan di akhirat—dengan harapan bahwa kebaikan akan menyinari seluruh umat manusia.

Baca Juga
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama

Featured

News Feed