Peristiwa pernikahan yang viral di media sosial antara seorang wanita dewasa, Mariana, dengan seorang pria remaja bernama Kevin, telah menjadi perbincangan di publik. Mariana diketahui berusia 41 tahun, sementara Kevin masih berusia 16 tahun. Mereka menyelenggarakan pernikahan tersebut di Desa Bekut, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat pada Minggu (30/7).
Pernikahan Mariana dan Kevin dengan selisih usia 25 tahun tersebut memicu heboh di kalangan masyarakat. Khususnya karena Kevin adalah anak dari sahabat Mariana, Lisa, yang menambah kompleksitas hubungan di antara mereka.
Mariana dan Kevin mengaku sudah berpacaran selama dua bulan sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Namun, mereka sebenarnya sudah saling kenal sejak Kevin berusia 12 tahun. Mariana mengungkapkan bahwa awal pertemuan mereka adalah sebagai tetangga dan Kevin sering datang ke warungnya untuk membeli makanan ringan.
Mengenai pernikahan ini, Mariana mengungkapkan bahwa dia tidak pernah membayangkan akan menikah dengan Kevin, namun, mereka berdua ingin menjalani hidup bersama dan tidak terlalu memedulikan perbedaan usia mereka.
Unggahan tentang pernikahan ini di akun Instagram @birunyarina langsung mendapat beragam komentar dari warganet. Banyak yang mengejek perbedaan usia yang besar dan mencemooh Mariana yang menikahi seorang remaja. Beberapa komentar bahkan mempertanyakan apakah ini termasuk kasus pedofilia.
Penting untuk diingat bahwa perbedaan usia yang besar dalam pernikahan dapat menciptakan pandangan dan opini yang berbeda di berbagai masyarakat dan budaya. Beberapa negara memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap pernikahan dengan perbedaan usia yang besar, sementara di negara lain, hal tersebut dapat menjadi isu etika dan hukum.
Situasi ini juga menunjukkan pentingnya mempertimbangkan kematangan dan persetujuan dari semua pihak yang terlibat dalam pernikahan. Terutama ketika melibatkan pihak yang belum mencapai usia dewasa, perlu dipastikan bahwa keputusan mereka diambil secara sadar dan bertanggung jawab.
Semoga peristiwa ini bisa menjadi momen refleksi bagi masyarakat untuk lebih memahami kompleksitas pernikahan dan memastikan bahwa hubungan yang dibangun berjalan dengan baik dan sehat di segala aspeknya.