Semasa Hidupnya Nike Ardilla Juga Dikenal Dermawan Hingga Dirikan SLB

Semasa hidupnya Nike Ardilla juga dikenal dermawan dirikan SLB. Dalam beberapa hari ini, marak diberitakan soal kedermawanan keluarga mendiang Akidi Tio yang menyumbang Rp 2 triliun bagi penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan.
Sejatinya, kendati telah meninggal dunia, namun almarhum sempat mewasiatkan amanat untuk anak-anaknya agar dapat membantu masyarakat yang tengah kesulitan dirundung pandemi Covid-19.
Terkait kedermawanan pengusaha Akidi Tio, tentu tidak dapat dikesampingkan upaya filantropi dari berbagai kelompok maupun individu, termasuk yang pernah dilakukan mendiang artis Nike Ardilla.
Setelah sukses menjadi salah satu penyanyi papan atas Indonesia pada 1987, tidak berapa lama, Nike yang melambung namanya lewat lagu ‘Seberkas Sinar’ itu mengurus sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB).
Seperti dirangkum Terkini.id dari berbagai sumber, Kamis 29 Juli 2021, awalnya SLB tersebut bernama SLB Wawasan Nusantara yang berlokasi di Jalan Pagarsih, Bandung. Namun, pada 1987 sekolah tersebut terancam ditutup. Guna menyelamatkan sekolah ini, Nike dan pamannya membeli sekolah itu.
Saat ini, SLB BC Nike Ardilla itu beralamat Jalan Cipamokolan Kolot No 19 B, Cipamokolan, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jawa Barat.
“Sebenarnya, yang mendirikan sekolah ini namanya Pak Juhaeri pas masih di Pagarsih. Pas mau bangkrut (kolaps) sama Pak Sutarjo (paman Nike Ardilla) diselamatkan, akhirnya sama Neng Nike dibeli yayasan sama operasionalnya,” beber salah satu pengajar di SLB Nike Ardilla, Tina Rostina saat ditemui wartawan beberapa waktu lalu.
Tina menambahkan, saat masih hidup Nike Ardilla beberapa kali datang ke sekolah tersebut.
“Dulu Neng Nike suka datang ke sini bawa makanan dan permen buat anak-anak. Dia juga suka ngasih peralatan sekolah. Lemari, buku, dia beli semua. Memang orangnya baik,” ungkapnya.
Sekolah berlantai dua ini tidak terlalu besar, lahan tempatnya berdiri memiliki luas 348 meter persegi. Di lantai dasar ada empat ruangan, di antaranya musala, kantin, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan ruang tata usaha. Sementara itu, di lantai atas terdapat delapan ruang kelas.
Tina menjelaskan, guru di sekolah itu berjumlah 15 orang, delapan orang PNS dan tujuh orang sisanya non PNS.
“SLB ini membina siswa penyandang tunarungu, tunagrahita, dan autisme. Saat ini, jumlahnya ada 40 siswa dengan jumlah terbanyak ada di siswa SD,” urainya.
Ketika mangkat atau meninggal pada 1995, banyak penggemarnya terutama kaum filantropi atau yang tersentuh atas kemurahan hati sang bintang itu, juga menjadi donatur SLB itu. Mereka pun langsung menyumbang ke SLB yang sebelumnya didirikan Nike guna menghidupi anak-anak asuh tunagrahita di sana.
Salah satunya mendiang musisi Deddy Dores. Dalam salah satu pemberitaan di majalah Anita Cemerlang pada 1995 yang ditulis wartawan Noerdin Es.Er, pencipta lagu-lagu bagi Nike Ardilla itu menyumbangkan hasil penjualan kasetnya untuk SLB itu.
Tidak hanya itu, masih dalam berita tulisan Noerdin, serupa yang dilakukan Deddy Dores, seorang penulis tetap majalah remaja itu juga menyumbangkan honor cerpen yang ditulisnya untuk SLB yang didirikan Nike Ardilla itu selama tiga tahun (yang tadinya ditulis tiga bulan).
Kepada Emmy TH, juga wartawan Anita Cemerlang, si penulis yang tidak ingin diungkapkan identitasnya itu mengaku tersentuh atas jiwa sosial Nike Ardilla, selain mengaguminya sebagai penggemar.
“Sangat low profile sebagai artis terkenal, terharu saja tahu Nike dirikan SLB. Makanya, saya menyumbang honor cerpen saya otomatis ke SLB-nya,” demikian ungkapnya kepada Emmy pada 1995 silam.
Si penulis bahkan sempat ke Bandung menyambangi SLB Nike Ardilla itu. Ia mengaku bertemu paman mendiang Nike, Sutarjo pada 1995 lalu.
Posting Komentar
Posting Komentar