Dua Bersaudara Ini Rebutan Asuh Ibu Hingga ke Pengadilan
Hingga kasus tersebut terpaksa dibawa ke pengadilan. Hizal al-Fuhaidi menangis hingga air matanya membasahi janggutnya. Mengapa? Karena dia kalah di pengadilan usai terlibat perdebatan sengit dengan saudaranya. Yang ia tangisi bukan karena kehilangan harta benda. Melainkan kesempatan hak asuh terhadap ibunya hilang usai kalah di pengadilan.
Selama hidupnya, sang ibu memang tinggal dengan Hizan. Seiring bertambahnya usia, adik perempuannya yang tinggal di kota lain ingin membawa ibunya tinggal bersamanya. Alasasannya adalah masalah kesehatan dan fasilitas lainnya di kota ini jauh lebih baik daripada di pedesaan.
Namun, Hizan menolak alasan sejauh ini bahwa ia masih bisa merawat ibunya. Penolakan Hizan membuat perselisihan di antara mereka berdua sampai kasus tersebut diajukan ke pengadilan. Sidang dimulai, sampai hakim meminta agar ibu hadir di pengadilan. Kedua bersaudara ini mendukung ibu tua mereka, yang beratnya kurang dari 40 kilogram.
Hakim bertanya kepadanya, “Siapa yang lebih berhak tinggal bersamamu?” Ibu yang mengerti pertanyaan itu juga menjawab, “Ini adalah mata kanan saya!”. Sementara tangannya menunjuk ke arah Hizan dan “Ini adalah mata kiriku!”. Jari-jarinya ditutup dengan benar ke arah saudara perempuan Hizan.
Hakim berpikir sejenak, kemudian memutuskan bahwa hak asuh diberikan kepada adik perempuan Hizan berdasarkan pertimbangan. Bagaimana air mata yang mulia dilepaskan oleh Hizan. Air mata penyesalan karena tidak bisa merawat ibunya saat ia telah bertambah usianya.
Dan betapa bangga dan mulia seorang ibu diperebutkan oleh anak-anaknya.
Ini adalah pelajaran dan pelajaran yang sangat mahal tentang pengabdian kepada orang tua.
Sumber Artikel: tribunnews.com
Posting Komentar
Posting Komentar